BAB I
PENDAHULUAN
- Latar belakang
Hadits merupakan perkataan sesuatu ilmu yang menerangkan segala yang disandarkan kepada Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau,[1] yang mana juga yang menjadi sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Namun di satu sisi hadits berbeda dengan Al-Qur’an, yaitu yang membedakan ialah karena Al-Qur’an telah dihimpun dalam satu mushaf pada zaman sahabat sedangkan hadits tidak. Pada masa sahabat hingga tabi’in hadits hanya disampaikan dan diajarkan tanpa ada pangumpulan teks-teks hadits dalam satu mushaf atau kitab.
Hal ini berlanjut hingga sekitar abad 1-2 H di mana para ‘ulama mutaqaddimin mulai melakukan perjalanan, mujahadah, serta riyadhah dalam mengumpulkan sabda Nabi. Dari para ulama di bidang hadits bermunculan nama-nama besar yang sangat terkenal akan jasa mereka dalam mengumpulkan hadits. Antara lain mereka yang masuk dalam kategori kutub sittah.
Tapi tidak dipungkiri di luar nama-nama mereka yang masyhur dalam kutub sittah dan tis’ah masih banyak ulama-ulama lain yang juga mengumpulkan hadits-hadits dan menyusunnya dalam kitab-kitab mereka. Salah satunya ialah Imam Thabrani dengan kitab-kitab mu’jam (hadits) nya dan yang paling termasyhur ialah mu’jam al-shagir. Oleh karena itu dalam tulisan singkat ini kami mencoba menjabarkan tentang Imam Thabrani dan kitab mu’jam al-shagir-nya.
- Rumusan masalah
- Bagaimana biografi dan kehidupan Imam Thabrani?
- Apa saja karya-karya Imam Thabrani?
- Bagaimana metode penyusunan kitab mu’jam al-shagir?
- Bagaimana pandangan ulama tentang kitab mu’jam al-shagir?
BAB II
PEMBAHASAN
- Biografi dan kehidupan Imam Thabrani
Imam Thabrani lahir di ‘Akka pada tahun 260 H. Ia telah belajar pada usia 13 tahun di beberapa kota seperti syam, hijaz, baghdad, kufah, bashrah dll. Ia meriwayatkan hadits dari 1000 masyaikh atau lebih.
Imam Thabrani awalnya belajar pada tahun 273 H pada usia 13 tahun. Ia di ajak rihlah oleh ayahnya, belajar padanya, karena ayahnya sendiri meupakan shohibul hadits. Awal rihlah (perjalanan) beliau pada tahun 275 H, dan dalam sisa perjalanannya ia bertemu dengan para rijal hadits selama 16 tahun.[2]
Berkata Abu ‘Abbas Asy-syiraazi: saya menulis 3000 hadits dari Thabrani dan itu semuanya tsiqoh. Adz-Dzahabi dalam kitabnya Al-mizan, bahwa tabrani dalam riwayatnya tidak ada yang sendiri لم ينفرد بحديث
Setelah bertahun-tahun lamanya beliau dalam pengembaraan dan paralawatan ke beberapa negeri, maka beliaupun menyusun tiga buah kitab hadits yakni al-Mu’jam al-Shagir, al-Mu’jam al-kabir dan al-Mu’jam al-ausat.[3]
Al-Thabrani juga mengunjungi Asfahan pada tahun 290 H. Setelah menyelesaikan studinya ke berbagai wilayah, beliau kembagi lagi ke Asfahan, dan menetap di sana sampai akhir hanyatnya selama lebih dari setengah abad. Al-Thabrani meninggal di Asfahan pada 28 Zulqa’idah tahun 360 H dalam usia seratus tahun sepuluh bulan. Beliau dimakamkan di samping kubur Hamamah al-dausi, seorang sahabat Rasulullah Saw. [4]
Guru-guru beliau cukup banyak, bahkan menurut catatan al-Zahabi mencapai lebih sari seribu orang. Diantaranya adalah Hasyim bin Murtsid al-Thabrani, Ahmad bin Mas’ud al-Khayyat, ’Amr bin Abi Salmah al-Tunisi, Ahmad bin ’Abdillah al-Lihyani, ’Amr bin Tsaur, Ibrahim bin Abi Sufyan, Abi Zur’ah al-Dimasyqi, Ishaq bin Ibrahim al-Dabiri, Idris bin Ja’far al-’Athar, Basyar bin Musa, Hafsh bin Umar, ’Ali bin ’Abdil ’Aziz al-Bagawi, Miqdam bin Dawud al-Ru’Yani, Yahya bin Abi Ayyub al-’Allaq, ‘Abdullah bin Muhammad bin Sa’id bin Abi Maryarn, Ahmad bin ‘Abdul Wahhab al-Hauthi, Ahmad bin Ibrahim bin Fil al-Balisi, Ahmad bin Ibrahim al-Busri, Ahmad bin Ishaq bin Ibrahim bin Nabith al-Asja’i dan lain-lain.
Sedangkan rnurid-muridnya antara lain; Ahmad binMuhammad bin Ibrahm al-Sahhaf, Ibn Mandah, Abu Bakar bin Mardawih, Abu ‘Umar Muhammad bin al-Husain al-Basthami, Abu Nu’aim al-Ashbahani, Abu al-Fadhl Muhammad bin Ahmad al-Jarudi, Abu Sa’id al-Naqqas, Abu Bakr bin Abi ‘Ali al-Dzakwani, Ahmad bin ‘Abdirrahman al-Azdi, Abu Bakar Muhammad bin Zaid dan lain sebagainya Al-Thabrani juga mempunyai beberapa guru yang pada kesempatan lain rneniadi muridnya, di antaranya Abu Khalifah al-Jumahi dan al-Hafidh ibn ‘Uqdah.
Beberapa ulama telah mernberi komentar terhadap pribadi al-Thabrani. Al-Hafidh Abu al-‘Abbas ibn Mansur al-Syirazi mengemukakan bahwa dirinya telah menulis 300.000 hadis dari al-Thabrani dan ia tsiqah. Sedangkan menurut Abu Bakar bin Abi ‘Ali bahwa al-Thabrani orang yang terkenal ilmunya, pengetahuannya luas dan banyak karya-karyanya, dan konon di akhir hayatnya ia buta. Sedangkan menurut Sulaiman bin Ibrahim, al-Thabarani adalah seorang penghafal hadis sekitar 20.000 sampai 40.000 hadis.
Adapun menurut Abu ‘Abdillah ibn Mandah bahwa al-Thabrani adalah salah satu penghafal yang sangat terkenal. Sedangkan menurut Abu al-Husain Ahmad bin Faris al-Lugawi yang dinisbatkan kepada Ibn al-Amid, al-Thabrani dalam hal hafalan lebih unggul dibanding al-Ji’abi, sedangkan Abu Bakar sendiri lebih unggul dari pada al-Thabrani dalam hal kepintaran dan kecerdasannya.
Dari penilaian para ulama di atas menunjukkan bahwa mayoritas ulama mengakui keadilan dan kapasitas intelektual yang tinggi terhadap al-Thabarani. Sehingga sebagai karir puncaknya dalam bidang hadis al-Thabrani meraih gelar al-Hafid, suatu gelar ahli hadis dalam level yang cukup tinggi.[5]
Imam Thabrani wafat pada tahun pada bulan Dzulqa’dah 360 H dalam usia 100 tahun 4 bulan.[6]
- Karya-karya Imam Thabrani
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa at-Thabrani adalah ularna yang mempunyai atensi cukup besar dalam pengembangan ilmu, yang mengantarkannya menjadi ulama yang sangat produktif. Di antara karya-karya tersebut adalah :
1. Musnad al-Asy’ari
2. Musnad al-Syamiyyin
3. Al-Nawadir
4. Fawa’id
5. Musnad Abu Hurairah
6. Musnad ‘Aisyah
7. al-Tafsir
8. Du’a
9. Dala’il al-Nubuwwah
10. Ahadits al-Tiwal
11. Musnad Syu’bah
12. Hadis A’masy
13. Hadis Auza’i
14. Hadis Syaiban
15. Hadis Ayyub
16. ‘Asyrah al-Nisa’
17. Musnad Abu Zar
18. Al-Ru’yah
19. Al-Jud
20. Fadl Ramadan
21. Al-Fara’id
22. Al-Radd ‘ala al-Mu’tazilah
23. Al-Salih ‘ala al-Rasul
24. Ahadis Zuhri min Anas
25. Ahadis Ibn al-Munkadir ‘ala al-rasul
26. Hadis man Kadzab
27. Akhbar ‘Uma ‘il
28. Kitab al-Sunnah
29. Al-Ramy
30. Al-Manasiik
31. Ma’rifah al-Sabahab
32. Al-‘Ilm
33. Fad al-‘Arab
34. Manaqib Ahmad
35. Kitab al-Asyribah
36. Kitab al-Uluwiyah fi Khilafah Abi Bakr wa ‘Umar
Dari sekian banyak karya al-Thabrani yang paling popular atauterkenal adalah ketiga Mu’jam-nya, yaitu al-Mu’jam al-Kabir, al-Mu’jam al-Ausat, dan al-Mu’jam al-Sagir.
Beberapa hal sebab terkenal dan populer adalah Pertama, kitabal-Mu’jam al-Kabir. Kitab ini disusun berdasarkan musnad-musnad sahabat sesuai dengan urutan huruf hija’iyyah, kecuali Musnad Abu Hurairah yang telah disusun dalam kitab tersendiri. Kitab ini memuat 60.000 hadits. Oleh karena itu Ibnu Dihyah berpendapat, kitab mu’jam ini merupakan kitab mu’jam yang terbesar di dunia. Jika dikatakan mu’jam secara umum dalam istilah ahli hadis, maka yang dimaksud adalah al-Mu’jam al-Kabir[7]
Para ulama hampir sependapat bahwa kitab al-Mu’jam al-Kabir adalah sebuah kitab mu’jam terbesar dan kitab rujukan yang lengkap. Karena kemasyhurannya kitab ini disebut dengan nama yang mutlak, al-Mu’jam, atau dalam menyandarkan hadis-hadisnya para ulama cukup menyatakan akhrajahu al-Thabrani.[8] Kitab al-Mu’jam al-Kabir ini terdiri dari 12 jilid dan merupakan ensiklopedi hadits yang memuat tidak hanya hadis-hadis Nabi SAW tetapi juga berisi sejumlah banyak informasi historis. Kitab ini mengabsorsi baik secara keseluruhan maupun parsial dari beratus-ratus kitab karya terdahulu. Kitab ini dipublikasikan setelah edisi kritis, Beberapa perpustakaan menyimpan jilid yang berbeda dari karya ini, namun saat sekarang adalah sulit untuk mengatakan bahwa apakah kitab tersebut sudah sempurna atau tidak.
Kedua, kitab al-Mu’jam al-Ausat. Kitab ini disusun berdasarkan nama-nama guru al-Thabrani yang hampir mencapai 2000 orang, dan di dalamnya terdapat 30.000 hadis. Kitab ini memuat hampir seluruh informasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan hadis-hadis. Banyak diantaranya yang shahih, sedangkan lainnya tidak shohih. Karya kedua ini telah rampung dalam dua jilid sangat besar di Istambul dan masih perlu pengeditan dan penerbitan.
Ketiga, karya al-Thabrani yang paling mini dalam seri kitab mu’jim adalah al-Mu’jam al-Shagir. Kitab ini meriwayatkan hadis dari setiap guru, dan kebanyakan hanya diambil satu hadis dari setiap guru. Di dalam kitab ini al- thabrani mengabadikan sebuah hadis dari setiap orang yang hadisnya diriwayatkan atau guru-gurunya.
- Kitab Mu’jam Al-Shaghir
Penggunaan kata mu’jam dalam arti kamus, hingga kini belum diketahui secara pasti sejak kapan istilah mu’jam dipahami untuk menyebut kamus. Juga tidak diketahui siapa orang pertama yang berhasil mempopulerkan istilah mu’jam. Ketidakjelasan informasi ini diakibatkan hilangnya beberapa karya tulis dari khazanah peradaban Arab kuno akibat rusak, hilang, atau peperangan sehingga sulit untuk dilacak.
Informasi yang kini bisa dipahami adalah bahwa pada awalnya, istilah mu’jam dipopulerkan oleh para ulama hadits, bukan para ulama bahasa. Pendapat ini dapat dibuktikan dengan adanya akarya-karya ulama hadits yang mencantumkan kata mu’jam atau member judul buku mereka dengan menggunakan kata mu’jam. Misalnya, Imam Bukhari (810-870 H) yang dalam kitabnya shahih Bukhari, mencantumkan sebuah bab yang ia beri judul “Bab tentang nama-nama sahabat perang Badar sebagaimana termuat di dalam kitab Al-Jami’ yang ditulis oleh Abu Abdillah dengan menggunakan huruf mu’jam”.
Menurut Dr. Husain Nashshar, istilah mu’jam diperkenalkan pertama kalinya oleh seorang ahli hadis bernama Abdul Qasim Abdullah bin Muhammad Al-Baghawi melalui kedua kitabnya yang berjudul “almu’jam al-Kabir” dan “al-Mu’jam al-Shaghir”. Kedua kitabnya ini juga memuat nama-nama para sahabat yang menjadi perawi hadits.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa sebuah buku yang memuat nama-nama secara berurutan sesuai alfabetis dan disertai informasi terkait dengan nama itu, menurut ulama hadits telah layak disebut “Mu’jam” yang kini lebih akrab dinamakan buku direktori (al-Kitab al-Mursyid). Bahkan bukan hanya buku yang terbatas pada penyebutan nama orang saja yang disebut mu’jam. Lebih dari itu, sebuah buku yang memuat nama-nama tempat atau informasi lain yang disusun secara alfabetis juga sering disebut mu’jam atau Ensiklopedia (mausu’ah/mu’jam). Di bidang telekomuikasi misalnya, juga muncul istilah Telephone Directory (Buku Petunjuk Telepon) yang dalam bahasa arab bisa juga disebut dengan mu’jam, “al-Mursyid” dan “Dalil”. Dengan kata lain, buku di bidang apapun, apabila memuat kumpulan kosakata yang disusun secara sistematis berdasarkan urutan huruf hijaiyah, maka ia bisa juga disebut mu’jam.
Selain menggunakan kata mu’jam, dalam bahasa arab sebuah kamus juga dikenal dengan sebutan Qomus. Menurut bahasa, Qomus berasal dari kata قمس yang berarti “menyelam”, “mencelupkan sesuatu ke dalam air”, “tenggelam”. Dahulu, kata Qomus diartikan “laut, samudera luas atau tempat tenggelamnya sesuatu”. Latar belakang pemakaian istilah Qomus untuk menyebut ‘kamus’, karena sebuah kamus memuat sejumlah kosakata, makna dan berbagai informasi lain yang jumlahnya tidak sedikit bahaikan lautan yang mengandung berbagai kekayaan bahari.
Para ulama tempo dulu, mereka berupaya mengkodifikasi semua kosakata bahasa arab kedalam karya karya mereka yang biasanya berukuran tebal dan berbentuk besar agar semua kosakata dan maknanya dapat tertampung disana. Motivasi ini yang mendorong mereka menyebut mu’jam (kamus) dengan istilah baru, yaitu Qomus.[9]
- Ø metode penyusunan kitab mu’jam al-shaghir
kitab Al-Mu’jam al-Shagir karya al-Thabarani ini dicetak menjadi dua juz oleh Penerbit Dar a1-Fikr Beirut, cetakan keduapada tahun 1981 M atau 1401 H. Kitab ini terdiri dari 279 halaman untuk juz I, dan bagian akhir yang merupakan juz II terdiri dari 222 halaman termasuk lima tema tambahan, yaitu: Risalah Ganiyyah al-Alma’i oleh ‘Allamah al-Hafid Abi al-Tayyib Syams al-Haq al-‘Adim Abadi; al-Tuhfah al-Mardliyyah fi Hill Ba’dh d-Musykilat al-Hadisiyyaholeh ‘Allamah al-Muhaddis al-Qadhi al-Syaikh Husain bin Muhsin al-Anshari al-Yamani; Sunniyyah Raf’ al-Yadain fi al-Du’a ba’d al-Shalawat al-Maktubah liman Sya’a; Risalah al-Kasyf lil Imam al-Suyuti fi Bayan al-Khuruj al-Mahdi; dan Taqrid al-Adib oleh al-‘Allamah Yusuf Husain ibn Muhammad al-Khanifari. Kitab ini di-tashhih oleh ‘Abdurrahman Muhammad ‘Utsman dengan judul al-Mu’jam al-Shagir lil Tabarani lil Hafid Abi al-Qasim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub al-Lakhmi al-Thabarani.
Menurut informasi dalam muqaddimah kitab ini, kitab ini disusun berdasarkan periwayatan muridnya yaitu al-Syaikh Abu Bakar Muhammad bin Abdillah bin Zaid, sehingga menjadi sebuah kitab yang sampai kepada kita.
Berdasar informasi yang dikemukakan Abu Zahw jumlah jalur hadis dalam kitab al-Mu’jam al-Shagir ini sebanyak 1500 hadis, sebagian ulama mengatakan kitab ini ternyata hanya memuat 1159 jalur periwayatan, dengan rincian juz 1 memuat 745 jalur periwayatan, dimulai dengan huruf alif sampai huruf kaf. Sedangkan juz II memuat 410 jalur periwayatan dimulai dari huruf lam sampai huruf ya’, ditambah perawi dengan nama kunyah dan perawi perempuan.[10]
Disamping itu juga salah satu karakteristik atau kelebihan dari kitab ini ialah setiap sanad diberi komentar antara hubungan guru-muridnya atau antara rowi yang satu dengan rowi berikutnya. Contoh:
حدثنا وصيف الأنطاكي الحافظ ، حدثنا سليمان بن سيف أبو داود الحراني ، حدثنا سعيد بن سلام العطار ، حدثنا عمر بن محمد بن صهبان المدني ، عن صفوان بن سليم ، عن أبي سلمة ، عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : « لقنوا موتاكم لا إله إلا الله ، وقولوا : الثبات الثبات ، ولا قوة إلا بالله » لم يروه عن صفوان بن سليم إلا عمر بن محمد[11]
Salah satu kelebihan lagi dalam kitab ini adalah kadang-kadang juga diberi penilaian atas kualitas dari salah satu rowi dari jalur sanad tersebut. Contoh:
حدثنا يعقوب بن إسحاق بن الزبير الحلبي ، حدثنا عبد الرحمن بن عمرو الحراني ، حدثنا زهير بن معاوية ، عن أبي الزبير ، عن جابر بن عبد الله قال : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم : « من قرأ قل هو الله أحد كل يوم خمسين مرة نودي يوم القيامة من قبره قم يا مادح الله ، فادخل الجنة » لم يروه عن أبي الزبير إلا زهير تفرد به عبد الرحمن وهو ثقة[12]
- Penilaian Ulama Terhadap Kitab Al-Mu’jam Al-Shagir
‘Abdul ‘Aziz al-Khuli di dalam kitab Miftah al-Sunnah menjelaskan bahwa kitab al-Mu’jam al-Thabarani merupakan kitab hadis yang memuat hadis shahih, hasan dan da’if. Ia mempunyai banyak guru dalam periwayatan hadis kira-kira 1000 orang guru, dan ia juga seorang hafid hadis. Dalam upaya mencari hadis ia sering berkelana dari satu negeri ke negeri lain, kemudian hadis yang ia peroleh disusun dan dikumpulkan menjadi sebuah kitab hadis yang sampai ada sekarang.
Seorang orientalis, Sezgin mengatakan bahwa kebanyakan karya al-thabarani kurang mendapat tempat pada awal kemunculannya. Sedangkan menurut Azami, kitab al-Mu’jam al-Shagir banyak terdapat kesalahan dan kitab ini tidak menarik perhatian para ulama modern. Namun Azami tidak menjelaskan letak kesalahan dan alasan-alasan tentang ketidak tertarikan para ulama modern tersebut.
Secara spesifik al-Thabarani memang tidak menyebutkan criteria atau kualitas suatu hadis yang ia cantumkan di dalam al-Mu’jam al-Shagir.[13]
BAB III
KESIMPULAN
Imam Thabrani ialah orang yang tsiqoh dan banyak menghabiskan masa hidupnya dalam mengembara, melakukan rihlah demi untuk meriwayatkan hadits. Beliau telah mengelilingi banyak kota dalam mengumpulkan hadits. Imam Thabrani telah banyak menghasilkan banyak karya, dan dalam bidang hadits ada tiga karya yang masyhur yakni al-Mu’jam al-Shagir, al-Mu’jam al-kabir dan al-Mu’jam al-ausat.
karya al-Thabrani yang paling mini dalam seri kitab mu’jim adalah al-Mu’jam al-Shagir. Kitab ini meriwayatkan hadis dari setiap guru, dan kebanyakan hanya diambil satu hadis dari setiap guru. Di dalam kitab ini al- thabrani mengabadikan sebuah hadis dari setiap orang yang hadisnya diriwayatkan atau guru-gurunya.
‘Abdul ‘Aziz al-Khuli di dalam kitab Miftah al-Sunnah menjelaskan bahwa kitab al-Mu’jam al-Thabarani merupakan kitab hadis yang memuat hadis shahih, hasan dan da’if.
DAFTAR PUSTAKA
Software CD Maktabah Syamilah
Ash-Shiddieqy, Hasbie. Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Bulan-Bintang, 1980
____________, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits (jilid II), Jakarta: Bulan-Bintang, 1981
Adz-Dzahabi, Muhammad bin Ahmad. syi’ar a’lam an-nubalaa’, Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1413
Suryadi, Kitab Mu’jam Al-Shaghir Ath-Thabrani dalam STUDI KITAB HADITS, Yogyakarta: TERAS Press, 2009
As-Suyutthi, Abduurahman Bin Abi Bakar. Thobaqatul Huffazh, Beirut: Dar al-kutub al-‘alamiyah, 1403
Itr, Nuruddin, Ulum al-Hadis I, Terj. Mujiyo, Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994
Taufiqurrahman, dalam http://arabic-site.blogspot.com/2012/03/asal-mula-kata-mujam.html, diakses tanggal 17-12-2013
[1] Hasbie Ash-Shiddieqy, Sejarah Dan Pengantar Ilmu Hadits, (Jakarta: Bulan-Bintang, 1980), hlm: 24
[2] Muhammad bin Ahmad Adz-Dzahabi, syi’ar a’lam an-nubalaa’, (Beirut: Muassasah Al-Risalah, 1413), juz 16 hlm 16
[3] Hasbie Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits (jilid II), (Jakarta: Bulan-Bintang, 1981), hlm: 414
[4]Hasbie Ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, hlm: 332.
[5] Suryadi, Kitab Mu’jam Al-Shaghir Ath-Thabrani dalam STUDI KITAB HADITS, (Yogyakarta: TERAS Press, 2009) hlm 263
[6] Abduurahman Bin Abi Bakar As-Suyutthi, Thobaqatul Huffazh, (Beirut: Dar al-kutub al-‘alamiyah, 1403) juz 1 hlm 73
[7]Al-Tahhan, Mahmud, Usul al-Takhrij wa Dirasah al-Asanid, Maktabah Ma’arif, Arab Saudi.
[8]‘Itr, Nuruddin, Ulum al-Hadis I, Terj. Mujiyo, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1994), hlm 186.
[9] Taufiqurrahman, dalam http://arabic-site.blogspot.com/2012/03/asal-mula-kata-mujam.html, diakses tanggal 17-12-2013
[10] Suryadi, Kitab Mu’jam Al-Shaghir Ath-Thabrani dalam STUDI KITAB HADITS, (Yogyakarta: TERAS Press, 2009) hlm 269
[11] Ath-Thabrani, Mu’jam Al-Shaghir, dalam bab لقنوا موتاكم لا إله إلا الله juz 3, hlm: 283
[12] Ath-Thabrani, Mu’jam Al-Shaghir, dalam bab من قرأ قل هو الله أحد كل يومj uz 3, hlm: 307
[13] Suryadi, Kitab Mu’jam Al-Shaghir Ath-Thabrani dalam STUDI KITAB HADITS, hlm 279-280